Beranda | Artikel
Olahraganya ulama
Selasa, 27 Maret 2012

Di zaman modern saat ini dengan pola hidup yang kurang baik dan kita dimanjakan dengan berbagai sarana yang lengkap membuat kita jarang melakukan aktivitas bergerak.  Kendaraan, remote control dan mesin serba otomatis adalah “musuh” utamanya. Demikianlah banyak diungkapkan oleh pakar kesehatan di zaman ini sehingga kampaye kesehatan berupa olahraga rutin kembali digaungkan. Olaharaga yang baik idealnya 3-4 kali selama 30 menit setiap minggu atau jika sangat sibuk mungkin bias satu kali seminggu saja agar bisa hidup sehat. Dan selayaknya kita memang menyempatkan diri untuk berolahraga karena dampaknya pola hidup tidak sehat memeng tidak kita rasakan sekarang akan tetapi akan terasa ketika sudah berumur sekitar 40-an atau 50-an.

Meraih kesehatan dan kebugaran dengan olahraga merupakan cara dengan mengambil “sebab qadari” [yaitu sebab-akibat yang terbukti secara ilmiah dan alami] akan tetapi kita juga perlu mengambil “sebab syar’i” [yaitu sebab-akibat yang disebutkan oleh syariat, misalnya jika ingin dilapangkan rezekinya, maka silaturahmi dan bersedekah dan berdoa]. Bahkan sebaiknya kita jangan terlalu bertumpu kepada “sebab qadari” saja.

Mengenai olahraga malas berolahraga, ada juga yang beralasan dengan ulama atau para ustadz yang sibuk berdakwah sehingga kesannya tidak sempat berolahraga, tapi mereka sehat juga tuh. Akan tetapi ternyata ada juga ulama dan ustadz yang hobi berolahraga. Dan perlu diketahui mereka yang dekat dengan Rabb-nya, menjaga kesehatan dengan sebab syar’i yaitu mereka umumnya bisa lebih menjaga tubuh mereka dari maksiat maka Allah menjaga tubuh mereka dari penyakit dan kelemahan. Sebagaimana hadist,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.[1]

Maka salah satu bentuk penjagaan Allah, jika kita menjaga diri dari maksiat kepada-Nya adalah penjagaan kesehatan.

 

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata menjelaskan hadist ini,

كان بعض العلماء قد جاوز المائة سنة وهو ممتع بقوته وعقله، فوثب يوما وثبة شديدة، فعوتب في ذلك، فقال: هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر، فحفظها الله علينا في الكبر. وعكس هذا أن بعض السلف رأى شيخا يسأل الناس فقال: إن هذا ضعيف ضيع الله في صغره، فضيعه الله في كبره

 

“Sebagian ulama ada yang sudah berusia di atas 100 tahun. Namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan kecerdasan. Ada seorang ulama yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh. Kemudian ia diperingati dengan lembut. maka Ulama tersebut mengatakan,

 “Anggota badan ini selalu aku jaga dari berbuat maksiat ketika aku muda. maka, Allah menjaga anggota badanku ketika waktu tuaku.”

Namun sebaliknya, ada yang melihat seorang sudah jompo/ dan biasa mengemis pada manusia. Maka ia berkata,

Ini adalah orang lemah yang selalu melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.”[2]

 

Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid

4 Jumadil Awal 1433 H, Bertepatan 27  Maret 2012

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 


[1] HR. Tirmidzi no. 2516 dan Ahmad 1/303. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih

[2] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al-Hambali, hal. 249, Darul Aqidah, cet. Ke-1, 142 H

 


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/olahraganya-ulama.html